Senin, 29 November 2010

Festival Makanan Khas


Sumenep - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep, Madura, Jawa Timur, menggelar festival makanan dan minuman khas setempat, Selasa.

Bupati Sumenep, A. Busyro Karim menjelaskan, makanan dan minuman khas sebenarnya merupakan salah satu potensi yang bisa dijual, baik sebagai bahan pangan maupun potensi wisata.

"Oleh karena itu, kami berharap festival ini bisa mempromosikan makanan dan minuman khas Sumenep menjadi lebih terkenal. Sehingga, warga di luar Madura tidak hanya mengenal sate dan soto Madura sebagai makanan khas," katanya di Sumenep.

Melalui festival tersebut diharapkan makanan yang sebenarnya lebih khas kemaduraannya, seperti "nase' kowa maronggi" dan minuman "poka" lebih terangkat dan terkenal ke wilayah luar Madura.

"Jangan sampai 'nase' kowa maronggi' yang sebenarnya makanan khas Madura ini kalah populer dengan nasi pecel ala Madiun maupun nasi liwet dari Solo," katanya menambahkan.

Bupati berharap pimpinan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora) Sumenep bisa melakukan terobosan untuk membuat "nase' kowa maronggi' menjadi potensi wisata.

"Jangan hanya menggelar festival. Kegiatan ini harus ada tindaklanjutnya dan semoga nantinya bisa menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan asing," katanya menegaskan.

Festival tersebut, sebagaimana dikatakan Kepala Disbudparpora Sumenep, M. Nasir, diikuti oleh 53 kelompok yang menyajikan makanan dan minuman khas lokal.

Sebagian besar peserta festival menyajikan makanan khas yang berbahan dasar bahan pangan lokal seperti jagung dan ketela rambat.

Sementara minuman khas yang ditampilkan para peserta, sebagian besar adalah "poka" dan aneka minuman dari kopyor.

Secara kebetulan, dua wisatawan asing terlihat berada di lokasi festival dan panitia pelaksana langsung meminta mereka duduk di kursi undangan di dekat istri Bupati Sumenep, Jamilah Busyro Karim.

"Dua wisatawan asing tersebut mengaku berasal dari Belanda dan kebetulan berada di Sumenep sejak hari Senin (8/11)," kata staf Disbudparpora Sumenep, Kurniadi Wijaya.

Kerapan Sapi

BLUTO-Karapan Sapi Radar Madura Cup 2010 berlangsung meriah. Menggandeng Paguyuban Karapan Sapi Sumenep (PKSS), acara yang dilangsungkan di lapangan karapan sapi Kecamatan Bluto itu diikuti 24 pasang sapi dari beberapa daerah di Madura.

Even kebanggaan masyarakat Madura itu dikunjungi para petinggi Jawa Pos. Seperti Direktur Radar Media Nusantara (Ramen) Jawa Pos Nany Wijaya dan Leak Kustiya selaku pemred (pimpinan redaksi) Jawa Pos. Termasuk sejumlah pimpinan anak perusahaannya yang tergabung dalam Jawa Pos News Network (JPNN). Mereka berada di Pulau Garam untuk mengikuti rapat akbar di salah satu hotel di Kec Kota Sumenep. Para tamu disambut langsung Cholili Ilyas. direktur Radar Madura (Jawa Pos Grup) dan pimpinan lainnya.

Seperti pantauan koran ini, selain pendukung fanatik dari masing-masing pasangan sapi, karapan sapi juga dijubeli para pengunjung lokal. Mereka rela berpanas-panasan bersama anggota keluarganya untuk bisa menyaksikan langsung jalannya karapan sapi di sepanjang pembatas lapangan.

Karapan Sapi Radar Madura Cup 2010 dimulai sekitar pukul 10.00. Sapi dilombakan dengan ketentuan dua pasang sapi dalam pelepasannya. Pasangan sapi yang menang di babak awal, dipertandingkan lagi dengan yang menang di babak berikutnya. Begitu pun yang kalah. Untuk babak kedua dan berikutnya, berlaku sebagaimana pertandingan sistem gugur, hingga akhir pertandingan.

A. Zaini, fungsionaris PKSS mengatakan, pihaknya bangga dengan Karapan Sapi Radar Madura Cup 2010 yang terlaksana meriah. Menurutnya, dari tahapan perlombaan tidak ada kendala yang cukup berarti.

“Kami bersyukur karapan sapi sampai sekarang (siang kemarin, Red.) lancar-lancar saja. Mudah-mudahan tidak ada kendala sampai lomba ini berakhir,” katanya kepada koran ini kemarin (31/1).

Dijelaskan, pihaknya sengaja membatasi peserta hanya 24 pasang saja. Alasannya, selain karena memang keterbatasan waktu, panitia ingin lebih fokus pada kualitas penyelenggaraan. “Kalau pesertanya banyak, tentu tidak cukup dengan hanya sehari. Yang penting tujuan kami untuk mengenalkan salah satu budaya Madura tersampaikan,” cetusnya.

Kebetulan, saat berlangsungnya karapan sapi, langit di Bluto dan sekitarnya tampak cerah. Sehingga kejuaraan dapat berlangsung khidmat tanpa terkendala beceknya lapangan yang disebabkan turun hujan.

Kejuaraan yang diselenggarakan di ujung timur Pulau Madura ini memperebutkan trophy dari harian pagi Radar Madura. Panitia sendiri telah menyiapkan sedikitnya 6 trophy, yakni untuk juara I, II, dan III, golongan menang dan golongan kalah.

Selain trophy, panitia juga menyiapkan aneka hadiah. Antara lain sepeda motor, kulkas, dan TV. Hadiah-hadiah tersebut akan diberikan kepada pemenang karapan sapi sesuai golongannya, golongan menang maupun golongan kalah.

Pengunjung tidak hanya disuguhkan budaya karapan sapi. Dalam sesi yang ditentukan, juga dimeriahkan aneka hiburan. Antara lain parade musik Uldaul dari kelompok Puser Angin asal Kecamatan Pasongsongan dan penampilan tari tradisional Madura dari Sanggar Potre Koneng.

Sementara, Direktur Radar Madura Cholili Ilyas di sela kesibukannya mengatakan, pihaknya sangat berterima kasih kepada semua pihak yang turut membantu menyukseskan acara. “Acara ini bisa sukses berkat dukungan dan partisipasi mereka.” katanya didampingi Kepala Biro Radar Madura di Sumenep Akhmadi Yasid.

Menurut Cholili, pagelaran Karapan Sapi Radar Madura Cup 2010 mempunyai peranan penting untuk mengenalkan salah satu budaya kebanggaan masyarakat Madura. Sehingga, pulau garam tetap eksis di mata masyarakat luar.

Kacong Cebbing Sumenep


Sumenep-Pelaksanaan pemilihan Kacong Cebbing Sumenep dinilai sarat persoalan.Hal ini disampaikan Dwita Andriyani, Desk Pariwisata komisi B DPRD Sumenep.Pada tahun 2010 ini, anggaran penyelenggaraan pemilihan Kacong Cebbing secara keseluruhan berjumlah 120 juta rupiah,Namun ternyata pelaksanaannya terkesan sangat sederhana. Alokasi dana yang begitu besar itu ternyata tidak bisa memebuat acara tersebut cukup menarik.Selain penggunaan dana yang rupanya kurang efektif, Dwita menduga nilai-nilai kesakralan dalam pemilihan Kacong Cebbing Sumenep kian berkurang.

Hal ini bisa terlihat dari makin sepinya penonton saat pemilihan kacong cebing digelar.Jika kedepannya Disbudparpora Sumenep tidak memperbaiki penyelenggaraan pemilihan kacong cebbing ini, maka ke depan dia dan komisi B mengancam akan memangkas anggarannya.Sementara itu Muhammad Nasir, kepala Disbudparpora Sumenep membantah jika kesakralan pemiliah kacong cebbing berkurang.Menurut Nasir, anggaran untuk kacong cebbing dari APBD juga tidak harus.Seperti diketahui, pemilihan kacong cebbing adalah gelaran yang dilakukan setiap tahunnya.Tujuannya adalah memilih duta wisata Sumenep, dan juga untuk berkompetisi dalam ajang raka-raki Jawa Timur.

Secara Umum....

Sumenep merupakan Kabupaten di Jawa Timur yang berada di ujung paling Timur Pulau Madura, bisa dibilang sebagai salah satu kawasan yang terpenting dalam sejarah Madura. Kita dapat menjumpai situs-situs kebudayaan yang sampai hari ini masih menjadi obyek pariwisata. Diantaranya yang kita ketahui adalah kereta kencana peninggalan raja Sumenep, alun-alun (taman bunga) yang konsep bangunannya memiliki kekhasan ala bangunan kerajaan, Masjid Jamik atau Masjid Agung yang terletak di jantung Kota Sumenep, Masjid ini termasuk salah satu masjid tertua di Indonesia yang dibangun pada tahun 1779 M sampai 1787 M oleh Panembahan Sumolo, Kraton Sumenep

Adapun beberapa situs peninggalan sejarah Kabupaten Sumenep diantaranya sebagai berikut :

1. SISA TEMBOK PAGAR KRATON
Pada masa kepemimpinan Bupati H.R. SOEMAR’OM ± tahun 1976, telah terjadi perubahan yang fundamental di lingkungan Kraton Sumenep, hal ini mengakibatkan dilakukannya pembongkaran pagar tembok belakang kraton yang didirikan oleh Raja Panembahan Sumolo tahun 1762 dengan panjang ± 200 meter. Adapun sisa yang tertinggal ± 4 meter dijadikan bukti monumental sejarah Kerajaan Kraton Sumenep di masa lalu.

2. KRATON SUMENEP
Dalam kawasan kraton Sumenep terdapat 3 bangunan utama yaitu :

a. Kraton Tirtonegoro;
Bangunan ini merupakan Istana kerajaan pada saat Sumenep dipimpin oleh Raja R. Tumenggung Tirtonegoro (Bendoro Moh. Saod) yang memerintah pada tahun 1750 sampai dengan tahun 1762. Pada awal pemerintahannya, di bangunan ini pernah terjadi reaksi perebutan kekuasaan akibat kekecewaan dari Patih Purwonegoro (Saudara mesan Ratu Tirtonegoro), karena dirinya merasa lebih pantas mendampingi raja Tirtonegoro menjadi raja Sumenep.
b. Kraton Panembahan Sumolo;
c. Kantor Koneng;
Dari arti kata koneng (rata = bahasa belanda) telah menunjukkan bangunan tersebut adalah Kantor Raja. Bangunan ini dipakai sebagai tempat kerja Raja Sultan Abdurrahman Pakunataningrat pertama selama masa pemerintahannya dari tahun 1811 s.d. 1854 M.

3. TAMAN SARE
Taman Sare Pemandian Putri-Putri Raja (Taman Sare) merupakan tempat bermainnya putri-putri raja sambil melepaskan kelelahan dengan bermain-main. Konon diceritakan, bahwa airnya dapat dijadikan obat dan membawa berkah.

4. WAKAF BENDORO MOH. SAOD / RADEN TUMENGGUNG TIRTONEGORO
Pada masa pemerintahan Bendoro Moh. Saod Raden Tumenggung Tirtonegoro dibangunlah tempat ibadah (Wakaf/Langgar) yang terletak di kawasan Kraton Sumenep. Dalarn penyelenggaraan pengajiannya wakaf ini dipimpin K. Abu Naim dan berfungsi selain tempat ibadah juga sebagai pusat penyiaran agama Islam saat itu.

5. MASJID LAJU
Dari namanya sudah menunjukkan, bahwa bangunan tersebut adalah bangunan Masjid yang lama (laju=bahasa Madura). Masjid ini dibangun pada jaman pemerintahan Pangeran Anggadipa, yang memerintah Kraton Sumenep dari tahun 1626 s/d. 1644 M. dengan demikian jauh sebelum Bendoro Moh. Saod (Raden Tumenggung Tirtonegoro) memerintah Sumenep ternyata agama Islam sudah berkembang luas.

6. MASJID AGUNG SUMENEP
Perkembangan Islam di Sumenep cukup pesat sehingga pada tahun 1763 M dibangunlah Masjid Agung Sumenep oleh Raja Panembahan Sumolo. Dari sejak berdirinya sampai sekarang, Masjid Agung tetap menjadi anutan dalam pengembangan syiar Islam di Kabupaten Sumenep. Di antara Masjid Agung dengan Kraton terdapat makna filosofis dengan pusatnya alon-­alon Kota. Alon-alon yang menghadap ke Barat (Masjid), melambangkan Hablum Minallah, dan alon-alon yang menghadap ke Timur (Kraton) melambangkan Hablum Minannas. Dengan demikian, jalinan hubungan yang harmonis antara Ulama dan Umaro’ sudah tercipta sejak Pemerintahan masa lalu.

7. ASTA TINGGI
Asta Tinggi disebut juga Asta Raje (Mad) yang bermakna asta/makam para Pangradje (pembesar kerajaan) yang merupakan asta/makam para raja clan anak keturunan beserta kerabat?kerabatnya dibangun sekitar tahun 1750M. Asta Tinggi memiliki 7 kawasan yaitu :

a. Kawasan Asta Induk, terdiri dari :

* Kubah Sultan Abdurrahman Pakunataningrat (Perencanaan awal oleh Panembahan Sumolo dan dilanjutkan pelaksanaannya oleh Sultan Abdurrahman);
* Kubah Bendoro Moh. Saod terdiri dari :
* Kubah Bendoro Moh. Saod yang direnovasi oleh Resident Madura.
o Kubah Pangeran Akhmad/Pangeran Djimat, yang kubahnya tersebut berasal dari Pendopo Kraton Pangeran Lor/Wetan.
o Pangeran Pulang Djiwo yang kubahnya tersebut juga berasal dari Kraton Pangeran Lor/Wetan
o Pemakaman Istri-istri Selir Raja-raja Sumenep

b. Kawasan Makam K. Saonggaling
Konon diceritakan bahwa K. Saonggaling adalah pembela R. Tumenggung Tirtonegoro (Bendoro Moh. Saod) pada saat terjadinya upaya kudeta/perebutan kekuasaan oleh Patih Purwonegoro).
c. Kawasan Makam Patih Mangun.
d. Kawasan Makam Kanjeng Kai/Raden Adipati Suroadimenggolo Bupati Semarang (mertua Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I).
e. Kawasan makam Raden Adipati Pringgoloyo/Moh. Saleh

Beliau pada masa hidupnya menjabat sebagai Patih pada Pemerintahan Panembahan Sumolo dan Sultan Abdurrahman.

f. Kawasan Makam Raden Tjakra Sudibyo, Patih Pensiun Sumenep.
g. Kawasan Makam Raden Wongsokoesomo

(Sumber buku perjalanan dari Soengenep ka Batawi, Raden Sastro Soebrata, Balai Pustaka tahun 1920).

Konon memuat cerita, bahwa kawasan makam asta tinggi pernah dilakukan pengeboman jarak jauh (dari atas kapal laut di Kalianget) oleh tentara Inggris karena mengira bahwa bangunan tersebut adalah istana kerajaan. Namun demikian, pengeboman tersebut tidak sampai menghancurkan asta tinggi karena jatuh di luar kawasan.

8. Pilar / Pintu Masuk Kraton Bangselok
Diceritakan bahwa kawasan Jalan Widuri Bangselok terdapat bangunan pintu masuk ke Keraton Bangselok yang dulunya ditempati Pangeran Pekalongan (menantu Sultan Abdurrahman). Konon waktu itu pintu masuk menuju ke keraton Sumenep terdapat di sebelah selatannya. (± 200 Meter), sehingga tamu yang akan ke keraton tertebih dahulu harus melalui pemeriksaan. Adapun kedudukan Pangeran Pekalongan adalah sebagai Panglima Perang pada zaman pemerintahan Sultan Abdurrahman.

9. Taman Peristirahatan Raja-Raja di Desa Batuan
Pada tahun 1834 Raja Sumenep Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I membangun taman pemandian raja di Desa Batuan dan terletak di kampung Palasa. Penyebutan Palasa sebenarnya berasal dari kata PALACE (istana), karena di kawasan pemandian raja desa Batuan tersebut terdapat istana dan sampai saat ini masih tersisa taman pemandian serta puing-puing bangunan istana.

10. Gua Jeruk
Dari tinjauan Topografi Gua Jeruk terletak di dataran tinggi yang berlokasi di luar kawasan Asta Tinggi Sumenep. Konon menurut cerita yang berkembang, tempat tersebut adalah tempat pertapaan Sultan Abdurrahman pada masa pemerintahannya

11. Asta Karang Sabu
Pada tahun 1559-1562 di lokasi tersebut berdiri kerajaan Sumenep di bawah kepemimpinan Raden Tumenggung Kanduruan dan berturut-turut dilanjutkan oleh Pangeran Wetan dan Pangeran Lor hingga tahun 1589. Sekarang pada lokasi tersebut hanya tersisa asta/Pemakaman Tumenggung Kanduruan, Pangeran Lor dan Pangeran Wetan yang terletak di Jalan Diponegoro (Kelurahan Karangduak), sedangkan Pendopo Kratonnya di pindah ke Asta Tinggi dijadikan Kubah pangeran Djimat dan kubah pangeran Pulangdjiwo.

12. Pilar/Pintu Masuk Kraton Parsanga
Pada tahun 1502-1559 di tempat ini berdiri Kerajaan Sumenep di bawah kepemimpinan Pangeran Banuboyo/Pangeran Siding Puri dengan gelar Pangeran Setjoadiningrat V yang merupakan cucu dari Pangeran Jokotole.

13. Kolam (Perigi Songo) di Parsanga
Pada jaman kejayaan Kraton. Parsanga, disitu bermukim seorang ulama yang bernama Sunan Padusan (menantu Djokotole) kedudukan beliau di samping sebagai ulama, juga menjadi penasehat kerajaan yang Sekaligus berfungsi sebagai penyiar agama Islam. Di dalam pelaksanaannya diceritakan bahwa setiap orang yang akan masuk Islam terlebih dahulu disucikan (dudus=bahasa madura) dengan air (Perigi Songo).

14. Pintu Gerbang Pangeran Letnan
Salah seorang putra Sultan Abdurrahman yang bernama Raden Ario Mohammad Hamzah dengan gelar Pangeran Soerjo Sinrangingrono. Dalam jajaran kemiliteran kerajaan beliau adalah salah satu penglima tentara kerajaan yang mempunyai pangkat Letnan Kolonel. Sebelum masuk ke istana/rumah kediaman beliau, di depannya terdapat pintu masuk masuk dengan model/tipe yang hampir mirip dengan bangunan Labang Mesem.

Av's Goodbye Lullaby....!




Avril Lavigne revealed what she is going to call her next studio installment. At American Music Awards on November 21, the 26-year-old Canadian pop/rock singer said the album which follows up her 2007 "The Best Damn Thing" is called "Goodbye Lullaby".

At the same event but in a different interview, she told MTV that she plotted to drop the album two months after the release of the first single. "My single's coming out in January; it's called 'What the Hell,'" she explained. "And my record's coming out in March, so I'm pretty excited."

"This album is different ... I'm older now, so I think that comes across in my music, it's not as pop-rock and it's a little more mellow and it's deep," she stated more. "But my first single is very 'up' and pop-rock. The first single is very much like my older stuff, but the rest of the album is a departure."

One of the producers Avril tapped to work with her is "Love the Way You Lie" mastermind Alex da Kid. According to him, the album will be a mixture of Avril Lavigne's pop/rock root and his Hip-Hop sound. He said, "We've got some things that are Hip-Hop leaning, and we've got some things that are more pop/rock leaning, so it's what we both do just kind of combined into one thing."

Kamis, 25 November 2010

THE BEAUTIFUL LOMBANG


If you want to see a very beautiful place, just visit Lombang Beach in Sumenep Regency. It is located about 30 km from the center of Sumenep. This beach is so unique because here we can find casuarinas. Lombang beach is interesting tourism object to be promoted to all Indonesia area, even to the world. The position of Lombang beach in south sea of Java Island can facilitated the visitors to see the beautiful sunrise. The other facility around Lombang beach is foods and beverage merchants, such as; Rujak and young coconut ice. The beach is very clean and has clear water with interesting small heap of white sand.

Today, there it had built a transportation facility that connects Lombang beach and Slopeng beach with lime mountain scenery. To reach Lombang beach using public transportation from Bangkal bus station (Sumanep) to Legung village (Batang-Batang). From Legung village, continue to Lombang beach, about 5 km by becak (pedicab). If you using your car through Sumenep – Lombang, you can reach about 30 minutes, through:
1. Sumenep - Gapura - Batang Batang - Legung - Lombang
2. Sumenep - Gapura - Batang-batang - Candi - Lombang
3. Sumenep - Gapura - Longos - Candi - Batang-batang

This Lombang beach tourism object will crowd and splendor in people party or public festival that held a week before Feast holiday.
 
Copyright (c) 2010 The Little Black Star and Powered by Blogger.